Latar Belakang
Dengan
semakin meningkatnya kebutuhan akan internet dan game online yang sekarang
pasarnya mencakup mulai pebisnis hingga siswa SD maka diperlukan fasilitas yang
cukup memadai di dalam mengikuti perkembangan jaman ini.
Seperti
kita ketahui internet dan game online merupakan sesuatu yang akan menjadi
kebutuhan pokok di masa yang akan datang, bukan hanya untuk sekedar memenuhi
kebutuhan akan informasi dan ajang penyaluran hobi, sekarang ini dunia internet
dan game online merupakan salah satu tempat untuk penyaluran aktualisasi diri,
sedikit demi sedikit tanpa dapat dipungkiri bentuk sosialisasi dikalangan
masyarakat, anak muda khusunya akan berpindah dari dunia nyata ke dunia maya,
dan ini merupakan celah bagi dunia bisnis untuk memberikan fasilitas pelayanan
yang sebaik-baiknya bagi para pengguna internet dan game online.
Selain
itu Warnet juga memberikan fasilitas kepada masyarakat sekitar, mulai Pebisnis,
Mahasiswa, hingga Siswa SMU, SMP, dan SD serta meningkatkan pengetahuan melalui
internet dan Menyediakan fasilitas bermain yang nyaman dan aman serta positif
Diharapkan
dengan adanya warnet banyak pihak yang mendapat nilai positif dari menggunakan
fasilitas warnet ini. Dengan internet maka diharapkan para pengguna jadi lebih tahu tentang teknologi
dan informasi terkini. Diharapkan warnet ini akan dapat digunakan sebagai
sarana menggali informasi dan bermain dengan banyak nilai positif yang didapat.
Analisa Prospek Warnet
Jika dipelajari lebih jauh,
munculnya warnet di Indonesia disebabkan dua faktor:
1. Terbatas dan mahalnya akses internet
2. PC sebagai alat akses utama
internet juga masih terhitung mahal bagi mayoritas penduduk di Indonesia.
Melihat kenyataan itu, maka
bermunculan warnet-warnet yang memberikan solusi kepada kebutuhan akses internet yang terjangkau. Kedua faktor
inilah yang sebenarnya harus diperhatikan oleh pebisnis warnet dalam melihat
prospek usaha warnet.
Pertanyaan berikutnya adalah:
apakah akses internet dan pc saat ini sudah terhitung murah? Untuk Indonesia
yang (sangat) luas ini, maka jawabannya bisa ya bisa tidak. Bagi mereka yang
tinggal di kota-kota besar (ex: Jakarta) harga berlangganan internet sudah
sampai pada harga Rp. 100.000,- an perbulan/384Kbps/unlimited akses. Namun bagi
mereka yang berada di ujung Papua sana bisa senilai 3 juta rupiah untuk 64kbps
via VSAT. Sehingga kesimpulan akhirnya
adalah: harga akses internet belum terhitung murah untuk seluruh daerah di
Indonesia.
Bagaimana dengan PC? Ini pun
masih bisa menjadi perdebatan panjang. Namun harga PC masih berkutat di atas Rp
3 juta yang menurut saya masih cukup mahal untuk mayoritas masyarakat
Indonesia. Melihat dari jumlah kepemilikan PC dibanding jumlah penduduk pun
terlihat jelas kenyataan ini. Kesimpulannya: PC juga belum terhitung murah bagi
sebagian besar penduduk Indonesia.
Apakah ini berarti bisnis warnet masih prospek? Untuk
menjawab ini, mari kita lihat lagi beberapa faktor yang bisa berpengaruh pada
warnet:
· Mulai tersedianya akses Free
Wifi/hotspot dimana-mana
· Penyediaan akses internet di
Kampus
· Penyediaan akses internet di Kantor-kantor
· Mulai beroperasinya Jardiknas
(Jaringan Pendidikan Nasional)
Faktor-faktor di atas jika
dilihat secara pesimistis bisa dianggap sebagai faktor yang akan menurunkan
prospek bisnis warnet. Tapi bagi mereka yang optimis, hal-hal di atas justru
memperkuat keberadaan prospek warnet sebagai bisnis. Mereka yang optimis ini
menyadari keterbatasan dari akses internet di free wifi, kantor, kampus maupun
sekolah (jardiknas) sehingga keterbatasan tersebut bisa dijadikan warnet
sebagai daya tarik tersendiri agar pengakses tetap memilih warnet sebagai
tempat akses internet. Berita di detikinet tentang ratusan hotspot yang ternyata tidak
mampu memikat pengguna bisa menjadi acuan. Walau gratis, hotspot, akses di
kantor, Kampus dan sekolah toh tidak bisa digunakan setiap saat, hanya pada jam
tertentu saja.
Kembali
ke warnet; bagaimana jadinya prospek bisnis warnet ini? Kita bisa melihat musuh utama
Warnet adalah dirinya sendiri. Kurangnya visi dalam mengelola bisnis dan
terjebak kepada asumsi-asumsi dan akhirnya terjebak ke lemahnya daya saing yang
berujung ke bangkrut/tutupnya warnet. Lemahnya visi bisa dilihat dari tidak
berubahnya model bisnis warnet dari tahun ke tahun. Sejak mulai kita mengenal
warnet hingga sekarang, model bisnisnya tidak lebih dari menjual
kembali/reseller akses internet
Rencana Bisnis
Biaya Perhitungan Laba Rugi Bisnis Warnet
Jadi,
dari hitung-hitungan kasar di atas seharusnya dalam tahun kedua kita sudah bisa
BEP (Break Event Point) alias
balik modal plus keuntungan yang hampir 100 % . Tetapi hitungan diatas hanyalah
diatas kertas dalam kenyataannya tidak seperti itu, bisa saja dengan keadaan
krisis ekonomi yang sekarang sedang menghangat serta kemungkinan saingan yang
mungkin akan muncul setelah bisnis berjalan.
Oleh
karena itu inovasi dan kreatifitas serta ketekunan dalam menjalankan bisnis
warnet ini sangat diperlukan sehingga dapat dipastikan dalam tahun kedua sudah
pasti BEP dan mendapatkan
keuntungan, untuk tahun selanjutnya tinggal memetik keuntungannya saja yang
mungkin nanti bisa dipakai untuk perluasaan usaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar